Halaman

Selasa, 13 November 2012

Ruang Lingkup Oseanografi


1. Pengertian Oseanografi
Oseanografi (gabungan kata Yunani ωκεανός yang berarti "samudra" dan γράφω yang berarti "menulis"), juga disebut oseanologi atau ilmu kelautan, adalah cabang ilmu Bumi yang mempelajari samudra atau lautan. Ilmu ini mencakup berbagai topik seperti organisme laut dan dinamika ekosistem; arus samudra, gelombang, dan dinamika cairan geofisika; tektonik lempeng dan geologi dasar laut, dan arus berbagai zat kimia dan fisika di dalam lautan dan perbatasannya. Topik-topik yang beragam ini menggambarkan berbagai macam disiplin ilmu yang digabungkan para oseanograf untuk mempelajari lautan dunia dan memahami proses di dalamnya, yaitu biologi, kimia, meteorologi, fisika, dan geografi. (Tom Garrison. 2005. Page 4.)

Secara umum oseanografi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang lautan, baik dari secara fisik sejarah dan perkembangan lautan itu sendiri. Beranjak dari hal ini maka dapat kita ambil pengertian bahwa ilmu antropologi bukanlah cabang ilmu yang berdiri sendiri,melainkan gabungan atau perpaduan dari beberapa cabang ilmu lainya.
Beberapa sumber lain berpendapat bahwa ada perbedaan mendasar yang membedakan antara oseanografi dan oseanologi. Oseanologi terdiri dari dua kata (dalam bahasa Yunani) yaitu oceanos (laut) dan logos (ilmu) yang secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang laut. Dalam arti yang lebih lengkap, oseanologi adalah studi ilmiah mengenai laut dengan cara menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan tradisional seperti fisika, kimia, matematika, dan lain-lain ke dalam segala aspek mengenai laut. (Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle 2000 The Oceans 8-11),
Adapun cabang –cabang ilmu pengetahuan yang ikut menopang ilmu oseanografi itu sendiri antara lain ilmu geology, ilmu bumi atau sering kita kenal ilmu geography, ilmu hayat atau ilmu biology, ilmu kimia atau ilmu chemistry, serta ilmu cuaca atau ilmu meteorology. “(Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984 : 1)”.
Apabila kita lihat objek kajian dari beberapa ilmu diatas yang ikut menopang ilmu oseanografi itu sendiri tentunya akan memeiliki sangkut paut dengan obejek kajian dari oseanografi yakni mengenai kelauatan itu sendiri.
2. Hubungan Oseanografi dengan Cabang Ilmu Lainya.
Dari sedikit uraian diatas tentunya dapat kita pahami bahwa ilmu oseanografi tentunya memiliki hubungan yang erat dengan cabang ilmu yang lainya.
a. Geology Oseanografi
Oseanografi mempelajari tentang lautan dari segala macam sisi, baik dari segi sejarah, serta perkembangan dari bentuk lautan yang diakibat factor-faktor pendorongnya. Factor-faktor yang dimaksud sperti pergerakan lempeng yang dapat megakibatkan perubahan pada lapisan kerak bumi, dari hal inilah tentunya bentuk lapisan dasar laut akan ikut berubah, sehingganya lautan yang ada diatasnya akan ikut berubah pula. Maka ilmu geology juga sangat berpengaruh penting terhadap ilmu oseanografi tersebut.
misalnya adanya palung laut, lembah laut, lubuk laut, lembah, dll serta memelajari terjadinya patahan- patahan yang menyebabkan gempa bumi di laut.
(Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984 : 1-2)
1. Fisika Oseanografi
Pada dasarnya ilmu fisika mempelajari fenomena-fenomena fisika yang ada dalam kenyataan, yang mana dalam oseanografi sering terdapat gejala-gejala yang sangat berhubungan dengan ilmu fisika diantaranya bentuk serta gelombang laut yang sering kita kenal dengan ombak, tentu dalam hal ini ilmu fisika sangatlah penting dalam penghitungan tesebut.
seperti terjadinya tenaga pembangkit pasang dan gelombang,arus,temperatur air laut, iklim dan sistem arus yang terdapat di lautan.
(Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984 : 1-2)
2. Kimia Oseanografi
Dalam komposisi air laut yang menjadi objek kajian oseanografi tentunya tak lepas dari komposisi ikatan-ikatan kimia, komposisi kimia tersebut tak hanya ada dalam air lautnya saja, naming juga terdapat pada lantai dasar samudra yang mana juga banyak terdapat mineral-mineral sebagai penyusun benda tersebut.
Misalnya kadar garam yang terdapat dalam air laut, zat- zat kimia yang mencemari, dll. Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam.
(Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984 : 1-2)
3. Biologi Oseanografi
Dalam lautan tentu tak akan lepas dari biota laut yang ada, baik dari tumbuhan ataupun hewan yang Ada dalam laut. Biologi mempelajari segala bentuk serta prilaku mahluk hidup yang ada dibumi, baik itu yang ada diperairan maupun yang ada di daratan.
(Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984 : 1-2)
4. Ilmu yang mempelajari lautan terhubung dengan pemahaman terhadap perubahan iklim global, potensi pemanasan global dan masalah biosfer terkait. Atmosfer dan lautan terhubung karena adanya penguapan dan curah hujan serta fluks termal (dan insolasi matahari). Tekanan angin adalah penggerak utama arus samudra, sementara samudra adalah penyerap karbon dioksida di atmosfer.
“(Matthew F. Maury, 1855)

3. Sejerah Perkembangan Ilmu Oseanografi
Manusia tertarik pada lautan dapat ditinjau kembali pada permulaan zaman peradaban manusia, ketika pengetahuan tentang dunia dibatasi pada Negara-negara dimana kapal-kapal pelaut dapat pergi dan kembali. Pada waktu itu bentuk dari peta sangat penting artinya. Dimana bentuk peta ini akan makin tepat begitu pelayaran menyebrangi makin lama makin menempuh jarak yang jauh dan sering dilakukan. “(Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984 : 2-5)”.
Pada zaman ptolemous, abad kedua sebelum masehi, lautan medeterania, bagian utara afrika dan bagian pantai selatan asia daratan telah dipetakann dengan sempurna. Pengetahuan tentang lautan juga turut berkembang pada arah yang lain. “(Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984 : 2-5)”.
Pada abad keempat sebelum masehi seorang sarjana terkemuka bangsa yunani, Aristhoteles, telah melakukan sautu penelitian yang mendetail mengenai hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan laut. Dimana dia secara cermat telah menjelaskan dan mengklasifikasikan organism-organisme tersebut. Akhinya pada abad kesatu sebelum masehi, hubungan antara gerakan pasang dan letak dari bulan telah dimengerti oleh manusia untuk pertama kali. Penegrtian ini mendorong manusia untuk mampu membuatramalan yang tepat. “(Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984 : 2-5)”.
Manusia pada mulanya telah menggunakan pengalaman mereka tentang adanya perubahan iklim dilautan, memfaktakannya sebagai sarana untuk berdagang. Keadaan dilautan hindia misalnya, merupakan sautu daerah yang unik yang cocok untuk dipakai sebagai contoh. Angin musim yang bertiup dari arah tenggara pada waktu terjadi musim panas dibelahan bumi utara dan bertiup dari arah yang berlawanan pada waktu dibelahan bumi sebelah utara terjadi musim dingin. Hal ini memungkinkan kapal-kapal dengan peralatan pelayaran yang paling sederhana dpat menyebrangi lautan pada satu musim dan kembali pada musim berikutnya. “(Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984 : 2-5)”.
Pelayaran-pelayaran besar juga sama pentingnya dalam memetakan garis pantai dan lautan-lautan dunia dalam perkembangan sejarah berikutnya. Sebagai contoh, seorang bangsawan portugis Ferdinando magelhens telah mengadakan sautu pelayaran mengelilingi dunia pada abad ke empat belas setelah masehi. Dia telah membuktikan, bahwa bumi ini berbentuk bulat tidak datar seperti yang diperkirakan oleh banayak orang pada zaman sebelumnya. Pada abad kedelapan belas setelah masehi seorang bangsa inggris yang bernama James cook membuat peta dari seluruh lautan pasifik, yang memperlihatakan adanya sebuah daratan yang terletak pda bagian selatan kutup yang selalu tertutup oleh es. Beberapa ekspedisi oseanografi penting lainya telah dilakukan oleh Challenger (1872-1875), Gazalle (1874-1876), Vitiaz (1886-1889) dan meteor (1925-1927). Ekspedisi Challenger khususnya, telah membuat sebuah bantuan tambahan penegtahuan yang penting dimana mereka mengadakan pelayaran sejauh 68.890 mil laut, membauat 492 pengukuran kedalaman, 133 kali pengambialan contoh dasar laut dan mengumpulkan data-data iklimm, arus laut suhu, dan komposisi air laut serta contoh-contoh sedimen dasar dari 362 stasiun penelitian yang berbeda. Ekspedisi ini telah mengadakan penelitian yang lamadan beberapa kali diperairan asia tenggara. “(Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984 : 2-5)”.
Pada saat ini ilmu oseanografi merupakan suatu cabang ilmu penetahuan yang berkembang secara cepat dan membutuhkan biaya yang sangat mahal dan yang sering bersangkutan dengan kerja sama internasional. Kapal-kapal penelitian oseanografi sekarang, telah dilengkapi dengan alat-alat yang rumit yang dapat mengumpulkan data-data fisika, kimia dan biologi secar tepat dan akurat. Tahun-tahun belakangan ini merupakan perkembangan dari kapal-kapal yang sering mengadakan penelitian dibawah permukaan air, bahkan sekarang sudah banyak dijumpai adanya laboratorium dibawah air yang sifatnya permanen. Keterangan-keterangan satelit yang selalu mengeililngi bumi juga menjadi begitu penting artinya dalam melengkapi dat-data tentang gejala arus laut dan pertukaran panas. Dimana hal ini merupakan suatu perkerjaan yang sulit dilakuakan pada masa lalu. Namun demikian perlu ditekankan, bahwa ilmu oseanografi merupakan suatu ilmu yang relative masih muda, dimana masih banyak hal-hal yang masih harus dipelajari. Dan kita juga berharap semoga ilmu ini akan berkembang secara cepat diwaktu yang akan datang. “(Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984 : 2-5)”.
Secara singkat dari semua perkembangan mengenai ilmu oseanografi dapat disusun sebagai mana berikut:
a. Pada abad ke 4 SM, aristotelles melakukan penelitian tentang hewandan tumbuhan laut. Tentang penjelasan dan pengklasifikasian tumbuhan laut.
b. Abad ke 1 SM orang-orang mengamati gerak pasang dan letak bulan pertama yang digunakanuntuk membuat ramalan.
c. Abad ke 14 M, Ferdinand magelheans mengadakan pelayaran keliling dunia, bertujuan untuk membuktikan bahwa bumi memiliki bentuk bulat.
d. Abad ke 18 M, James cook membuat sebuah peta dari lautan pasifik dan memperlihatkan adanya sebuah daratan yang terletak dibagian sebelah selatan kutub yang selalu tertutup es.
“(Sverdrup, Keith A., Duxbury, Alyn C., Duxbury, Alison B. (2006).
Penelitian oseanografi di Indonesia pertama kali dimulai pada tahun 1904 ketika koningsbenser mendirikan sebuah laboratoruim perikanan di Jakarta. Pada tahun 1919, laboratorium ini dirubah menjadi sebuah laboratorium biologi laut, setelah ini mengalami beberapa lagi perubahan nama mulai dari lembaga penelitian laut, menjadi lembaga sumber lautan, dan kemudian berubah menjadi lembaga penelitian laut yang akhirnya pada tahun `1970 berubah menjadi lembaga oceanografi nasional. “(Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984 : 2-5)”.
4. Sejarah Kelautan
Laut atau bahari adalah kumpulan air asin yang luas dan berhubungan dengan samudra. Air di laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Sifat-sifat fisis utama air laut ditentukan oleh 96,5% air murni. (Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle 2000, page 8-11).
Laut menurut sejarahnya terbentuk 4,4 milyar tahun yang lalu, dimana awalnya bersifat sangat asam dengan air yang mendidih (dengan suhu sekitar 100C) karena panasnya bumi pada saat itu. Keasaman air inilah yang menyebabkan tingginya pelapukan yang terjadi yang menghasilkan garam-garaman yang menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang ini. Pada saat itu, gelombang tsunami sering terjadi karena seringnya asteroid menghantam bumi. Pasang surut laut yang terjadi pada saat itu bertipe mamut alias 'ruar biasa' tingginya karena jarak bulan yang begitu dekat dengan bumi. (Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle 2000, page 8-11).
Menurut para ahli, air yang membentuk lautan dibumi itu berasal pada saat bumi mulai mendingin akibat mulai berkurangnya aktivitas vulkanik, disamping itu atmosfer bumi pada saat itu tertutup oleh debu-debu vulkanik yang mengakibatkan terhalangnya sinar matahari untuk masuk ke bumi. Akibatnya, uap air di atmosfer mulai terkondensasi dan terbentuklah hujan. Hujan inilah (yang mungkin berupa hujan tipe mamut juga) yang mengisi cekungan-cekungan di bumi hingga terbentuklah lautan. (Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle 2000, page 8-11).
Pada 3,8 milyar tahun yang lalu, planet bumi mulai terlihat biru karena laut yang sudah terbentuk tersebut. Suhu bumi semakin dingin karena air di laut berperan dalam menyerap energi panas yang ada, namun pada saat itu diperkirakan belum ada bentuk kehidupan di bumi. Kehidupan di bumi, menurut para ahli, berawal dari lautan (life begin in the ocean). Namun demikian, masih merupakan perdebatan hangat hingga saat ini kapan tepatnya kehidupan awal itu terjadi dan di bagian lautan yang mana. Hasil penemuan geologis pada tahun 1971 pada bebatuan di Afrika Selatan yang diperkirakan berusia 3,2 sampai dengan 4 milyar tahun silam menunjukkan bahwa adanya fosil seukuran beras dari bakteri primitif yang diperkirakan hidup di dalam lumpur mendidih di dasar laut. (Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle 2000, page 8-11),

Tidak ada komentar:

Posting Komentar